Dampak Tarif AS terhadap Ekonomi China: Potensi Kehilangan Jutaan Pekerjaan

Minggu, 4 Mei 2025 06:22 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Pemda Jambi Gugat PetroChina Belum Bayar PI 10 \x25
Iklan

Dampak Tarif AS terhadap Ekonomi China: Potensi Kehilangan Jutaan Pekerjaan

Dampak Tarif AS terhadap Ekonomi China: Potensi Kehilangan Jutaan Pekerjaan

Peningkatan tarif oleh Amerika Serikat terhadap produk-produk China berpotensi menimbulkan dampak signifikan terhadap pasar tenaga kerja di Negeri Tirai Bambu. Menurut pernyataan terbaru dari Bessent dalam konferensi pers di Gedung Putih, China diperkirakan dapat kehilangan hingga 10 juta pekerjaan dengan cepat jika level tarif saat ini dipertahankan pada angka 145%. Bahkan jika tarif tersebut mengalami penurunan moderat, China masih berisiko kehilangan sekitar 5 juta pekerjaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pernyataan Bessent ini menggarisbawahi ketidakseimbangan dalam neraca perdagangan antara kedua negara. Ia menekankan bahwa Amerika Serikat membeli lebih banyak produk dari China dibandingkan sebaliknya. Oleh karena itu, menurutnya, tanggung jawab untuk menghapus tarif tersebut berada di pihak China, mengingat situasi saat ini dianggap tidak berkelanjutan bagi perekonomian mereka.

Meskipun demikian, Bessent tidak memberikan klarifikasi lebih lanjut mengenai apakah saat ini sedang berlangsung pembicaraan antara AS dan China terkait isu perdagangan ini. Poin ini menjadi perhatian khusus mengingat China terus membantah adanya negosiasi aktif untuk menyelesaikan perang dagang yang sedang berlangsung, berlawanan dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump yang bersikeras bahwa pembicaraan sedang berjalan. "Saya tidak akan masuk ke seluk-beluk tentang siapa yang berbicara dengan siapa, tetapi seperti yang saya katakan, saya percaya bagi China, tarif ini tidak berkelanjutan," ujar Bessent kepada awak media.

Di sisi lain, Bessent memberikan indikasi positif terkait hubungan dagang AS dengan negara lain di kawasan Asia. Ia menyebutkan bahwa Amerika Serikat hampir mencapai kesepakatan perdagangan dengan India dan melihat adanya kemajuan dalam diskusi dengan Korea Selatan. Selain itu, ia juga memberikan sedikit sinyal mengenai pembicaraan substansial yang sedang berlangsung dengan Jepang.

Terkait dengan Eropa, Bessent menyoroti isu pajak digital yang dikenakan pada perusahaan-perusahaan teknologi besar (Big Tech). Namun, detail lebih lanjut mengenai implikasi dan perkembangan diskusi ini tidak dijelaskan dalam kutipan tersebut.

Secara keseluruhan, pernyataan Bessent memberikan gambaran tentang potensi dampak serius dari kebijakan tarif AS terhadap ekonomi dan pasar tenaga kerja China. Meskipun belum ada kejelasan mengenai pembicaraan bilateral yang sedang berlangsung, tekanan ekonomi yang ditimbulkan oleh tarif tersebut dipandang sebagai faktor yang tidak berkelanjutan bagi China dalam jangka panjang. Perkembangan lebih lanjut dalam kebijakan perdagangan AS dan respons dari China akan menjadi kunci untuk memahami arah hubungan ekonomi kedua negara kedepan.

 

China Berisiko Kehilangan 10 Juta Pekerjaan Akibat Tarif AS yang Tinggi

 

 Kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) terhadap produk China dinilai semakin tidak berkelanjutan bagi Beijing. Dalam konferensi pers di Gedung Putih, pejabat AS memperingatkan bahwa China bisa kehilangan hingga 10 juta pekerjaan dengan sangat cepat jika tarif saat ini yang mencapai 145% tetap dipertahankan.  

 

Pada level tarif saat ini, China dapat kehilangan 10 juta pekerjaan dalam waktu singkat," kata seorang pejabat AS, Bessent. Ia menambahkan bahwa bahkan jika tarif AS dikurangi sedikit pun, China masih berisiko kehilangan 5 juta pekerjaan 

 

Bessent menegaskan bahwa AS memiliki posisi tawar yang kuat dalam perang dagang ini. "Kami membeli lebih banyak dari mereka daripada yang kami jual kepada mereka. Jadi, tanggung jawab ada pada China untuk menghapus tarif ini. Ini tidak berkelanjutan bagi mereka," ujarnya.  

 

China Menyangkal Adanya Pembicaraan, AS Bersikeras Negosiasi Berlangsung  

Sementara itu, Bessent tidak memberikan klarifikasi lebih lanjut mengenai apakah kedua negara saat ini sedang melakukan pembicaraan perdagangan. Poin ini menjadi sorotan mengingat China terus menyangkal adanya negosiasi untuk menyelesaikan perang dagang, meskipun Presiden AS Donald Trump berulang kali menyatakan bahwa pembicaraan sedang berjalan.  

 

Saya tidak akan masuk ke detail tentang siapa yang berbicara dengan siapa, tetapi saya yakin bagi China, tarif ini tidak berkelanjutan," kata Bessent kepada wartawan.  

 

AS Fokus pada Kesepakatan dengan India, Korea Selatan, dan Jepang

Di tengah ketegangan dengan China, AS disebutkan hampir mencapai kesepakatan dagang dengan India. Selain itu, kemajuan diskusi dengan Korea Selatan juga terlihat positif. Pejabat AS juga memberikan sinyal bahwa pembicaraan substantif dengan Jepang sedang berlangsung.  

 

Eropa dan Pajak Digital Perusahaan Teknologi

Ketika menyangkut hubungan dagang dengan Uni Eropa, Bessent menekankan isu pajak digital yang dikenakan pada perusahaan teknologi besar (Big Tech). AS terus mendorong agar kebijakan pajak digital tidak merugikan perusahaan-perusahaan teknologi Amerika.  

 

Kesimpulan: Tekanan Ekonomi pada China Semakin Besar  

Dengan ancaman kehilangan jutaan lapangan kerja dan tekanan ekonomi yang terus meningkat, China berada di bawah tekanan besar untuk segera menyelesaikan sengketa dagang dengan AS. Namun, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa Beijing akan segera menurunkan hambatan perdagangannya.  

 

Sementara itu, AS terus memperluas kerja sama dagang dengan negara lain, menunjukkan bahwa perekonomian global mungkin akan menghadapi restrukturisasi rantai pasokan jika perang dagang AS-China tidak segera berakhir.  

Bagikan Artikel Ini
img-content
Yudhi Mada

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Pengantar Manajemen

Minggu, 24 Agustus 2025 06:41 WIB
img-content

Seluk-beluk Hukum Dagang Kontrak

Rabu, 20 Agustus 2025 15:32 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler